Jumat, 04 Januari 2013

Berikut ini beberapa Puisi Chairil Anwar yang sampai saat ini masih sangat disukai oleh pecinta puisi Indonesia.

AKU
Kalau sampai waktuku
'Ku mau tak seorang 'kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini binatang jalang
dari kumpulannya terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerajang
Luka dan bisa kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mahu hidup seribu tahun lagi
March 1943

DOA
kepada Pemeluk teguh
Tuhanku
Dalam termangu
Aku masih menyebut namaMu
Biar susah sungguh
mengingat Kau penuh seluruh
Cahayamu panas suci
tinggal kerdip lilin dikelam sunyi
Tuhanku
Aku hilang bentuk

remuk
Tuhanku
aku mengembara dinegeri asing
Tuhanku
dipintuMu aku mengetuk
aku tidak bisa berpaling
November 1943


SAJAK PUTIH
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun bergelut senda
Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu lagu
Menarik menari seluruh aku
Hidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menengadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita Mati datang tidak membelah

PUISI KEHIDUPAN
Hari hari lewat, pelan tapi pasti
Hari ini aku menuju satu puncak tangga yang baru
Karena aku akan membuka lembaran baru
Untuk sisa jatah umurku yang baru
Daun gugur satu-satu
Semua terjadi karena ijin Allah
Umurku bertambah satu-satu
Semua terjadi karena ijin Allah
Tapi… coba aku tengok kebelakang
Ternyata aku masih banyak berhutang
Ya, berhutang pada diriku
Karena ibadahku masih pas-pasan
Kuraba dahiku
Astagfirullah, sujudku masih jauh dari khusyuk
Kutimbang keinginanku….
Hmm… masih lebih besar duniawiku
Ya Allah
Akankah aku masih bertemu tanggal dan bulan yang sama di tahun depan?
Akankah aku masih merasakan rasa ini pada tanggal dan bulan yang sama di tahun depan?
Masihkah aku diberi kesempatan?
Ya Allah….
Tetes airmataku adalah tanda kelemahanku
Rasa sedih yang mendalam adalah penyesalanku
Astagfirullah…
Jika Engkau ijinkan hamba bertemu tahun depan
Ijinkan hambaMU ini, mulai hari ini lebih khusyuk dalam ibadah…
Timbangan dunia dan akhirat hamba seimbang…
Sehingga hamba bisa sempurna sebagai khalifahMu…
Hamba sangat ingin melihat wajahMu di sana…
Hamba sangat ingin melihat senyumMu di sana…
Ya Allah,
Ijikanlah.

Kamis, 03 Januari 2013

BERPISAH

Bersama - sama bunga di gubah

Menjadi rangkaian halus pewangi

Dan pulang kita bersuka hati

Dikala surya terbenam merah


Di jalan simpangan kita berpisah,

Gubahan bunga gemetar di tangan

Dan sambil kita berpandangan

Jatuh rangkaian, dua berbelah

Ku ambil seutas, setengah lagi

Kau pegang erat, dan kau melompat.....


Dikala senja kujalan sendiri

Hanyalah bunga kau bawa lari

Mengirimkan wanginya ke arah ku lagi

Sabtu, 02 Mei 2009

Menyesal

Pagiku hilang sudah melayang,

Hari mudaku sudah pergi,

Sekarang petang datang membayang,

Batang usiaku sudah tinggi


Aku lalai di hari pagi

Beta lengah di masa muda

Kini hidup meracun hati

Miskin ilmu, miskin harta


Akh, apa guna ku sesalkan

Menyesal tua tiada berguna

Hanya menambah luka sukma


Kepada yang muda ku harapkan

Atur barisan di pagi hari

Menuju ke arah padang bakti !

Laut

Berdiri aku di tepi pantai

Memandang lepas ke tengah laut

Ombak pulang, memecah berderai

Ke aribaan pasir rindu berpaut


Ombak datang bergulung - gulung

Balik kembali ke tengah segara

Aku takjub, berdiri termenung

Beginilah rupanya permainan masa


Hatiku juga seperti dia

Bergelombang - gelombang memecah ke pantai

Arus suka beralih duka

Payah mendapat perasaan damai....

Burung - Burung Enggan Bernyanyi Lagi

Bising gergaji mengoyak sepi dari hutan

Pohon - pohon tumbang

Mobil - mobil besar menggendongnya

Tergesa - gesa ke kota

Gunung dan lembah luka parah

Kulitnya terkelupas

Erang sakitnya merambah ke mana - mana


Burung -burung kehilangan dahan dan ranting

Enggan beryanyi lagi

Bila pun ada tegur sapa di antara mereka

Tentulah pertanyaan yang menyesakkan

Kemana kita harus mengungsi ?

Pohon - pohon perdu dan melata itu

Bukanlah tempat tinggal yang ideal

Kita perlu gunung yang teduh

Lembah yang indah

Bukan yang luka parah begini